Modernis.co, Malang – Dalam kehidupan sehari-hari, di kantor, kampus, sekolah-sekolah, medsos, warkop ,dll. Kita (warga masyarakat) sering melihat dan mendengar ungkapan klise seperti, “Masa lalu biarlah masa lalu atau yang lalu biarlah berlalu, yang sudah terjadi biarlah terjadi untuk apa dikenang lagi”.
Mungkin individu yang sering mengutarakan ungkapan klise itu pernah mengalami trauma psikologis masa lalu yang suram, sedih gelisah, kekerasan, teror, pembunuhan, dll. Sehingga berdampak pada perilaku, aktivitas masa kini mengenai kejadian masa lalu. Pernyataan di atas ada benarnya juga, tetapi tidak semua peristiwa yang terjadi masa lalu dilupakan semua apa yang terjadi.
Karena setiap dibalik peristiwa ada hikmah atau pelajaran yang bisa diambil, dengan kejadian atau peristiwa di masa lalu masyarakat lebih mudah menghadapi peristiwa serupa sehingga dapat menjalani masa kini dan menatap masa depan dengan baik dan sempurna.
Dan hingga saat ini, ada sebagian warga masyarakat Indonesia yang beranggapan bahwa dengan mengingat sejarah (masa lalu) hanya membuat hidup kita statis, terpasung, terlena, menghadapi masa depan. Mengenaskan memang, kita (warga masyarakat Indonesia) selama ini terkesan abai terhadap apapun yang berbau masa lampau. Kita selalu beranggapan, segala yang telah lampau biarlah berlalu bersama bergulirnya waktu, berdebu, mati, dan hanya patut dikuburkan tanpa tanda-tanda.
Karena itu, perlu kiranya kita luangkan waktu untuk sadar, berpikir, merenung dan mencermati kembali ungkapan para tokoh filsuf dan sejarawan dalam memahami konsep sejarah (masa lalu).
Hadist Nabi Muhammad SAW berkata: “Barangsiapa yang yang memiliki masa sekarang yang lebih bagus dari masa lalunya, ia tergolong orang yang beruntung; bila masa sekarangnya sama dengan masa lalunya, ia tergolong orang yang merugi; bila masa sekarangnya lebih buruk dari masa lampaunya, ia tergolong orang yang bangkrut.”
Filsuf Yunani Kuno, Cicero berkata, “historia vitae magistra”Sejarah adalah guru kehidupan yang paling baik. Filsuf asal spanyol George Santayana (1863-1952) berkata, “Mereka yang gagal mengambil pelajaran dari sejarah dipastikan akan mengulangi pengalaman sejarah itu”. (Those who fail to learn the lessons of history are doomed to repeat them). Dan Jaguar, D. Saluo sejarawan berkata, “Sejarah adalah harta manusia yang akan menunjukan jalan menuju masa depan”. Dengan belajar dari sejarah kita mendapat motivasi, semangat yang kokoh untuk menatap masa depan yang lebih baik.
Salah satu peristiwa sejarah yang terjadi dalam perjalanan negara Indonesia mencapai eksistensi kemerdekaan adalah peristiwa Sumpah Pemuda. Sumpah pemuda merupakan salah satu tonggak sejarah yang penting bagi eksistensi kemerdekaan bangsa Indonesia, seperti kita ketahui ada 3 butir nilai dari sejarah peristiwa sumpah pemuda untuk bangsa Indonesia, yaitu bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu.
Proses kelahiran bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat selama ratusan tahun tertindas di bawah kekuasaan kolonialis pada saat itu, karena dengan kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda (pelajar dan mahasiswa) membulatkan tekad menemukan identitas, jati diri bangsa, persatuan dan sekaligus mengangkat eksistensi atau harkat martabat hidup rakyat pribumi Indonesia.
Dan juga dengan tekad, semangat, persatuan dan kesatuan itulah yang menjadi modal perjuangan seluruh pemuda (pelajar dan mahasiswa), dan warga masyarakat Indonesia dari sabang sampai merauke sehingga berhasil meraih kemerdekaannya yaitu pada tanggal 17 agustus 1945.
Kegagalan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia membuat mereka sadar bahwa rasa nasionalisme. Para pemuda dan rakyat tidak lagi berjuang sendiri, melainkan berjuang bersama-sama antar organisasi pelajar dan tokoh tua dan muda (lintas generasi).
Sejak awal pergerakan, semboyan “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Telah diterima kaum pergerakan sebagai syarat mutlak berhasilnya perjuangan menuju Indonesia merdeka. Dengan semangat persatuan, semua potensi organisasi-organisasi yang ada, khususnya studieclub-studieclub, akan dapat diperdayakan. Hal 14. (Dalam buku, Dasar-dasar Indonesia Merderka Versi Para Pendiri Negara. S.Silalahi,M.A.).
Keputusan yang bertema satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa adalah suatu putusan yang nyata-nyata menentang politik devide et impera dari pemerintah kolonial. Pertentangan antara kepentingan pemerintah kolonial di satu pihak dan kepentingan rakyat jajahan di lain pihak. Pada waktu itu dirumuskan dengan kata-kata:
“Kaum sana memperkuat kedudukan untuk mengangkut rezeki sebanyak-banyaknya dari Indonesia ke negeri asalnya yaitu negeri belanda. Sedangkan kaum sini berketetapan hati untuk menentukan nasib sendiri dan menggunakan kekayaan tanah air bagi kepentingan bangga Indonesia sendiri”. Pertentangan itu dinamakan oleh pelajar dan mahasiswa Indonesia sebagai antitesa kolonial. Hal. 20.
Pada kongres yang kedua itulah munculnya konsensus nasional sumpah pemuda, yang melahirkan 4 poin adalah:
- mengikrarkan sumpah pemuda.
- merah putih diakui sebagai bendera nasional.
- Indonesia raya diakui sebagai lagu kebangsan.
- semua organisasi pemuda dilebur dalam satu wadah, yaitu Indonesia merdeka (1930).
Sudah menjadi hukum Allah SWT (sunatullah) atau siklus kehidupan bahwa, pemuda itu identik dengan berbagai kelebihan. Seperti, semangat membara, selalu gelisah, dinamis, energik, anti kemapanan,dll. Di negara Indonesia telah terbukti bahwa para pemuda telah memainkan peran penting dan garda terdepan dalam menuntut dan melakukan perubahan perjalanan sejarah dan pemerintah negara Indonesia dari orde ke orde.
Maka tidak heran banyak tokoh-tokoh Indonesia yang menaruh harapan kepada para pemuda, seperti ungkapan tokoh Proklamasi Bung Karno “Berikan aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”.
Pramoedya Ananta Toer “Sejarah dunia adalah sejarah orang muda, apabila angkatan muda mati rasa maka matilah sejarah bangsa”.
Bung Hatta “Pemuda engkaulah pahlawan dalam dadaku, jadilah pemuda sejati jangan menjadi pemuda-pemudaan”. (Dalam buku, Muhammad Hatta, Kumpulan Karangan, Bab PEmuda. Disampaikan pada pidato di Lapangan Ikada, tgl 11-9-1944).
Pemuda Indonesia, harapan bangsa! Perhatikanlah teladan yang telah diberikan oleh prajurit nippon itu, yang berjuang dan meninggal untuk keperluan tanah airnya. Tanamlah semangat keprajuritan dalam dadamu, bulatkanlah tekadmu untuk berjuang buat kebebasan bangsamu di kemudian hari. Bersiaplah engkau untuk menyusun barisan pertahanan tanah air.
Dari berpuluh tahun yang sejarah pergerakan kita menunjukan, bahwa pemuda itu bersedia berjuang di baris depan, bersedia menjadi pelopor perjuangan bangsa. Saya percaya akan kebulatan tekad hati pemuda Indonesia. saya percaya akan kesanggupannya berjuang dan menderita. Pemuda Indonesia, engkau pahlawan dalam hatiku.
Tetapi pemuda Indonesia! bukan dari daun lontar yang ditulis dengan aksara lama, bukan pula dari kita tambo yang telah kuning kertasnya engkau akan mengetahui sejarah tanah airmu. Sejarah tanah airmu dapat diketahui dari derasnya desakan darah, yang mengalir dalam tubuhmu. Detik darah yang mengalir dalam tubuhmu itu akan memperingatkan kepadamu kebesaran juga menjadi peringatan kepadamu setiap waktu akan kewajibanmu sebagai putera bangsa dalam perjuangan mati-matian dimasa datang. (Hal 204).
Sebab itu anjurkan kepada saudara-saudara, laki-laki dan perempuan, supaya memberi hadiah kepada tanah air kita, hadiah yang berupa segenap jiwa dan raga kita. Tidak ada korban yang akan hilang, karena kurban sekarang akan bangunlah tanah air dimasa datang, lebih besar dan lebih makmur daripada tanah air di masa yang lampau. Oleh karena tak ada kurban yang hilang percuma, marilah berjuang, bersiap menderita kesukaran, hingga bangsa kita sampai menjadi bangsa yang merdeka. (Hal 204).
Dalam sejarah tiap-tiap bangsa yang lama tertindas, pemudalah yang menjadi pelopor, perintis jalan menuju perbaikan nasib bangsa. Tidak lain suratan hidup pemuda Indonesia! sejarah kita dimasa yang lalu menyatakan, bahwa gerakan pemuda boleh ditulis dengan tinta emas. Pemuda di sekolah dokter di jakarta yang pertama kali membuka jalan kepada gerakan kebangsaan, yang bermula dengan Budi Utomo.
Kemudian, pemuda lagi dari luar negeri yang berkumpul dalam perhimpunan Indonesia, yang menuntut terang Indonesia merdeka, dan menjadi pelopor pergerakan nasional yang hebat. Juga gerakan pemuda yang berada di Indonesia sejak tahun 1928 boleh dibanggakan oleh bangsa kita. Hal. 206, (Dalam buku, Muhammad Hatta, Kumpulan Karangan).
Dengan demikian, Kesadaran atau belajar dari sejarah adalah bukan mengingat kekerasan (penjajahan), kehancuran, peperangan, dan kejadian suram masa lalu. Melainkan kesadaran sejarah adalah mengambil atau memetik setiap kejadian masa lalu sebagai hikmah pelajaran, pemicu dan pemacu semangat perjuangan untuk menata dan merancang agenda masa kini agar dapat mencapai kesuksesan dan kejayaan di masa depan.
Sumpah pemuda memiliki pengaruh, yang sangat kuat bagi semangat perjuangan untuk mencapai eksistensi kemerdekaan negara Indonesia, pada waktu itulah terjadi kesepakatan antar berbagai organisasi untuk menjadi satu. Melupakan atau menyingkirkan ego kedaerahan, kesukuan, dan perbedaan agama. Sumpah pemuda tonggak persatuan dan kesatuan bagi bangsa Indonesia, sumpah pemuda bagian proses aktualisasi sila ke-3 yaitu sila Persatuan Indonesia.
Oleh: Fitratul Akbar (Mahasiswa Prodi Ekonomi Syariah FAI UMM)